Minggu, 14 Maret 2021

Lingkaran itu Menjadi Lebih Bermakna

Part 1.
 Pertemuan dengan  Lingkaran
Apakah ada yang tau maksud lingkaran disini apa? ini bukan lingkaran yang ada di matematika yaa....ayo apaaa??? yappp...itu adalah pertemuan pengajian yang biasanya dilakukan rutin dalam sekali seminggu, lingkaran itu telah menemaniku sejak aku mulai duduk di bangku kelas 2 SMA, sejak saat itulah aku mengenal yang namanya menutup aurat, lingkaran itupula yang memberikanku sahabat-sahabat yang baik hati semasa SMA, sahabat yang senantiasa mengingatkan dalam kebaikan, saling menyemangati, dan selalu bersama-sama berusaha membangun lingkungan yang kondusif dengan aktif mengadakan kajian-kajian keislaman di lingkungan sekolah. 

Bersama mereka, alhmdulillah, banyak warna, bergaul tanpa membedakan status sosial, klo dipikir-pikir jadi kangen juga akan masa abu-abu itu, semoga allah senantiasa menjaga mereka dimanapun berada. Masa SMA adalah masa pertama kali tau bahwa ada yang disebut lingkaran. Lingkaran itu menguatkan ku, disana qt bersama-sama mengkaji ayat-ayat allah, disana qt menyampaikan qodhoya atau permasalahan, disana juga qt diingatkan untuk memperbaiki amalan yaumiyah, yappp lingkaran ibarat charger untuk sebuah handphone, mengecas ruhiyah yang dimiliki agar tidak gersang, alhamdulillah dengan mengenal lingkaran, masa SMA pun terlewati tanpa mengenal yang namanya "pacaran" .

Lingkaran ini bukan hanya menjadikan lingkungan di sekolah kondusif, tapi lingkaran ini pun menjadikan kondisi di rumah tetap terjaga, dengan pengetahuan yang didapat mencegah qt untuk bertingkah laku yang kurang baik, dengan adanya sahabat-sahabat yang rajin pun menjaga kita untuk tetap berprestasi, yang dipikirkan saat itu adalah bagaimana caranya agar berprestasi, belajar..belajar..dan belajar..karena memang lingkungannya senang belajar. Memang benar apa kata orang, ketika kita bergaul dengan penjual minyak wangi, maka akan kecipratan wanginya, begitu pula ketika kita bergaul dengan pandai besi, maka akan kecium baunya. 

Di tahun yang sama, saat itu kondisi di rumah sedang tidak kondusif, keluarga termasuk yang bukan berkecukupan, aku hanyalah anak dari seorang tukang bubur ayam, di usiaku yang ke-17 tahun, aku sudah memiliki adik sebanyak 7 orang, yappp...aku adalah anak ke 1- dari 8 bersaudara, adik terakhir merupakan adik  kembar. Saat itu, dengan kondisi seperti itu, aku merasa sedikit terbebani, kenapa mamah anaknya banyak banget? dengan  jumlah adik segitu banyaknya aku dituntut menjadi seorang kakak yang dewasa sebelum waktunya, bahkan saat orang tua berjualan, maka semua adik sampai si kembar pun aku yang jaga. Tapi itulah kehidupan, mungkin kalau lingkungan sekolahku kurang kondusif bisa saja berlari ke arah negatif, tapi alhamdulillah banyak yang memberikan semangat, motivasi dan dukungan dari sahabat-sahabat terdekat, saat itu aku hanya bisa berazam, bahwa aku harus bisa merubah kondisi keluargaku, aku harus pintar, aku harus rajin, aku harus dapat beasiswa, aku harus  lanjut studi, aku harus kuliah, itulah yang ada di benakku saat itu, karena dari pendidikanlah harapan terbesar untuk mengangkat derajat keluarga. meskipun di hati kecil, apakah mungkin aku bisa kuliah???

Begitulah dahsyatnya lingkaran, menembus sampai titik nadi, menorehkan setiap kata yang menghujam menjadi langkah-langkah positif untuk senantiasa memperbaiki diri secara terus menerus....

(Bersambung) 

#day3challenge
#relikabtangerang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar